Ketika saya masih duduk di bangku kelas 5 SD, saya dengan iseng mencoba pengaruh obat tetes mata terhadap pertumbuhan benih kacang hijau. Sejatinya saya membaca kata “Kloramfenikol” pada label obat tersebut. Saat itu saya teringat antibiotik yang pernah diberikan oleh Ibu saya ketika saya sakit tipus. Ibu saya seorang tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit dan saya senang bertanya banyak tentang jenis-jenis obat-obatan yang ada di lemari khusus obat milik beliau.
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Selasa, 13 Mei 2014
Ketika saya masih duduk di bangku kelas 5 SD, saya dengan iseng mencoba pengaruh obat tetes mata terhadap pertumbuhan benih kacang hijau. Sejatinya saya membaca kata “Kloramfenikol” pada label obat tersebut. Saat itu saya teringat antibiotik yang pernah diberikan oleh Ibu saya ketika saya sakit tipus. Ibu saya seorang tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit dan saya senang bertanya banyak tentang jenis-jenis obat-obatan yang ada di lemari khusus obat milik beliau.
Selasa, 16 Oktober 2012
Orang kalau sedang marah katanya
darahnya lagi naik ke ubun-ubun, kepalanya sedang panas, emosinya tinggi, dan
lain-lain. Ketika seseorang marah, ia butuh sesuatu untuk menurunkan emosinya,
mendinginkan kepalanya, dan menurunkan tekanan darahnya. Orang yang sedang
dalam kondisi high voltase layaknya
ingin mendapat perhatian. Betapa orang yang marah itu terlihat ‘aneh’ di mata
orang lain, khususnya yang berada di sekitarnya. Wa bil khusus lagi orang yang jarang atau tidak pernah melihat
seseorang marah dan suatu saat melihatnya marah. Pasti berkesan.
Kamis, 13 September 2012
![]() |
source: bacabacaquran.com |
Bapakku di usianya yang hampir menginjak 60-an, setiap hari selalu membuka
mushaf Al Quran. Sehabis maghrib,
sehabis Subuh, beliau duduk di atas tempat tidurnya lengkap dengan sarungnya dan
mulai membuka mushaf. Sebuah kebiasaan yang jarang aku temui beberapa tahun
sebelumnya. Tidak ada kesan lain yang aku tangkap, melainkan kemauan untuk
belajar. Dulu, ketika aku masih kecil, Ibu suka mencoba bacaan Bapak dengan
buku iqro yang berjilid, dan memang ada aja yang salah. Waktu itu seperti
permainan menebak huruf saja.
Senin, 27 Agustus 2012
Minggu, 05 Agustus 2012
Ini adalah artikel ketiga tentang perjalanan saya ke Dili. Kali ini saya
ingin cerita seputar kewajiban saya sebagai umat Islam laki-laki yang mesti
dilaksanakan seminggu sekali, iya, Jumatan. Ibadah jumat di Timor Leste tidak
semudah di Indonesia. Hanya ada satu masjid besar yang sering dipakai oleh umat
Islam Timor Leste, namanya masjid An
Nuur. Masjid ini terletak di daerah Kampung
Alor, yaitu kampung muslim di Timor Leste, dekat dengan area pantai Kelapa. Sebenarnya di pelosok
daerah lainnya juga sedang dibangun beberapa masjid, mengingat sedikitnya
masjid di sana sehingga untuk memudahkan umat yang ada di pelosok agar tidak
jauh-jauh datang ke Kampung Alor maka dibangunlah masjid lainnya. Masjid An
Nuur sedang direnovasi saat itu. Tetapi, sedang tidak direnovasi pun saya bisa
membayangkan rupa sebelumnya. Masjidnya tampak seperti masjid lama, dan (maaf) beberapa spot terlihat agak kumuh.
Di sekeliling masjid adalah area pesantren yang sama keadaannya. Menjelang sholat
Jumat anak-anak masih belajar mengaji bersama pak ustadz di beberapa ruangan di
samping masjid. Fasilitas kamar mandi dan tempat wudhu juga memprihatinkan. Akan
tetapi di bagian dalam masjid sungguh berbeda. Ada sebuah taman di dalam masjid
yang semakin memberi kesan hijau dan segar di tengah panasnya udara Timor
Leste. Bagian mimbar dan ruang utama masjid sudah mulai direnovasi dan tampak
lebih bersih dibandingkan bagian luarnya.
![]() | ||
diresmikan 1981 sewaktu masih bareng dengan Indonesia |
![]() |
bagian dalam ruang utama, tampak mimbar warna putih |
Kamis, 02 Agustus 2012
Halo..,nyambung lagi nih...
Setelah saya bercerita tentang kedatangan pertama saya ke Timor Leste,
sekarang saya ingin menceritakan seputar kegiatan saya di Timor Leste. Mau tau?
Yuk tengok..
Mainly, kegiatan saya adalah membantu dosen saya
dalam persiapan training yang difasilitasi oleh WHO seperti menyusun manual training, test, jadwal, dll. Training
ini diberikan oleh Prof. Dr. Winiati P.
Rahayu, dosen saya, sebagai trainer dan konsultan WHO. Training yang
diberikan adalah training tentang pengaturan laboratorium keamanan pangan.
Timor Leste memiliki satu laboratorium nasional (Nacional Laboratory) yang berada di bawah kementerian kesehatan (Ministerio de Saude). Oleh karena
dibentuknya bagian keamanan pangan (food
safety) masih baru, maka jadilah dosen saya diundang untuk memberikan
beberapa pengetahuan tentang laboratorium keamanan pangan.
Di sana kami bertemu dengan para staf laboratorium nasional dan staf WHO
yang ikut serta selama training tersebut berlangsung. Training dilakukan selama
lima hari baik di dalam kelas maupun di laboratorium. Kurang lebih 14 orang
mengikuti training ini, diantaranya berasal dari: staf laboratorium nasional
dengan berbagai departemennya, staf dari kementerian kesehatan, dan staf dari
WHO. Di awal pembukaan acara, kami disambut oleh Dr. Santina Maria de Jesus Gomez selaku kepala laboratorium
nasional dan juga Dr. Jorge Mario Luna,
selaku WHO Representative. Mereka memberikan simbol penyambutan dan kehormatan
berupa kain Tais, kain asli tenunan tangan dari Timor Leste.
Ternyata, sebagian besar staf laboratorium nasional pernah mengambil studi
di Indonesia baik untuk jenjang S-0 maupun S-1. Kebanyakan mereka lulusan
public health atau farmasi dari Universitas di Jawa dan Sulawesi. Saya juga
tidak menyangka demikian. Akan tetapi, baru-baru ini saya juga mendapat berita
bahwa kementrian pendidikan Timor Leste memang sedang gencar melakukan survey
di beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia dalam rangka kerja sama pendidikan
pascasarjana.
Balik lagi, saya banyak menemui teman baru di sana, ada Pak Pedro, Pinto, Fernandes, Baltazar,
Jose, Luis, Tito, Ibu Fransisca, Ana, Dalila, Epifania, Eugenia, Noemia, dan lainnya. Saya banyak
mendapatkan saran-saran tempat yang harus dikunjungi dari mereka. Ada satu yang
unik saat training berlangsung. Begini, ketika sudah waktunya jam istirahat
(kurang lebih pukul 12.00 Waktu Timor Leste=WIT), semua staf akan meninggalkan
kantor dan pulang ke rumah masing-masing. Kalau orang kampung saya bilang,
“SOLIDANG” (ngaSO, baLI, maDANG atau istirahat, pulang, makan). Bukan karena
tidak disediakan makan siang, tetapi memang sudah kebiasaan atau aturan di sana
yang demikian. Selama dua jam mereka beristirahat siang lalu kembali lagi ke
kantor kurang lebih pukul 14.00. Luar biasa. Mungkin waktu tersebut digunakan
untuk makan bersama keluarga, atau untuk sekadar take a nap, selama beberapa
menit. Mungkin dengan begitu kerja mereka menjadi lebih efektif (tidak
mengantuk, dll). Tapi itulah yang terjadi setiap harinya, sehingga begitu jam
istirahat gedung menjadi sepi dalam sekejap, ditinggal sementara oleh para
penghuninya.
Begitu seputar kegiatan training yang lalu, next story will be the other activities I had done! Exciting!
-Widyanto-
Kamis, 19 Juli 2012
Padahal sudah bulan Juni tapi baru posting,..Hehe,
Judul lagu aslinya Januari di Kota Dili, sekarang aku mau cerita
pengalamanku pergi ke Dili, Republic Democratic Timor Leste (RDTL). Berawal
dari tawaran dosenku untuk menemani beliau memberikan training dengan WHO
(World Health Organization) di kota ini, langsung aku terima saja tawaran
tersebut. Semua materi training, paspor, tiket, dll sudah kami siapkan dan
tinggal berangkat saja. Kami mendarat di International
Aeroporto Internacional Presidente Nicolau Lobato. Bandaranya tidak terlalu
besar, namun banyak sekali helikopter dari PBB yang mangkal di sana.
Orang-orang bilang itu digunakan untuk memantau daerah perbatasan. Kesan pertama
melangkahkan kaki di tanah Dili adalah PANAS. Tapi, Dili memiliki pantai yang
indah dan kota ini dikelilingi oleh pegunungan yang cantik.
tiba di bandara Presiden Nicolau Lobato, Dili |
mengurus VoA |
Senin, 21 Mei 2012
![]() |
eduardas.kubilinskas.info |
Hidup di daerah kampus selama ini
membuatku semakin yakin bahwa mahasiswa itu penting adanya di muka bumi ini.
Hohoho.. Lebay. Maksudku, kaum intelek seperti mahasiswa juga bisa jadi objek
pengurasan uang. Programnya macem-macem, mulai dari penipuan seminar sampai
pencucian otak oleh jaringan-jaringan tertentu (aku pikir ini semacam laundry
networking yang keahliannya khusus mencuci otak). Hahaha, ngawur. Saking
perlunya dicuci mungkin otak kita (mahasiswa) udah kotor banget, banyak mikirin
macem-macem dan yang enggak-enggak. Anyway, yang jelas fenomena ini nyata
terjadi sejak lama dan berulang. Oleh karena itu, sering dijumpai kasus-kasus
serupa yang gejala-gejalanya sama. Seseorang yang tadinya memiliki pemikiran
dan sifat yang sedemikian rupa tiba-tiba berubah 180 derajat menjadi orang yang
sepertinya berbeda sepenuhnya, cenderung ke arah negatif.
Selasa, 03 April 2012
![]() |
source: na9a.com |
Badan pegel linu, panas dingin,
persendian cenat-cenut, kepala pening, jantung berdegup kencang, rasanya lemas
lunglai. Orang-orang yang melandaskan pemiklirannya pada sesuatu yang ilmiah,
data, fakta, ilmu ini, ilmu itu akan mengatakan itu mungkin gejala melemahnya
daya tahan tubuh. Tubuh mempunyai segudang senjata tak kasap mata yang mampu
melindungi raga dan jiwa dari serangan benda asing seperti kuman, virus, dll
yang dapat menimbulkan penyakit. Namanya sistem
imun/kekebalan tubuh. Bukan berarti setiap orang menjadi bisa kebal
terhadap benda asing yang masuk tubuh (ex:
paku, pisau, besi, pedang, dll). Jika hal itu terjadi, semua orang jadi kebal
senjata, hancurlah dunia persilatan. (apasih
- -‘)
Sabtu, 25 Februari 2012
......
Mereka pulang. Zamzami berangkat kerja dan Syalimah tak
memikirkan kejutan itu. Ia bahkan lupa pernah meminta apa dari suaminya. Delapan
belas tahun mereka telah berumah tangga, baru kali ini suaminya akan memberi
kejutan. Semua hal, dalam keluarga mereka yang sederhana, amat gampang diduga. Penghasilan
beberapa ribu rupiah mendulang timah, cukup untuk membeli beras beberapa
kilogram, untuk menyambung hidup beberapa hari. Semuanya dipahami Syalimah di
luar kepala. Tak ada rahasia, tak ada yang tak biasa, dan tak ada harapan yang
muluk-muluk. Tahu-tahu macam bakung berbunga di musim kemarau, suaminya ingin
memberinya kejutan.
Syalimah dan Zamzami berjumpa waktu pengajian ketika mereka
masih remaja. Zamzami yang pemalu, begitu pula Syalimah, menyimpan rasa suka
diam-diam. Zamzami tak pernah berani mengatakan maksud hatinya, dan Syalimah
takut menempatkan diri pada satu keadaan sehingga lelaki lugu itu dapat
mendekatinya.
Namun, lirikan curi-curi di tengah keramaian itu kian hari
kian tak tertahankan. Zamzami mengurangi kecepatannya menambah juz mengaji,
padahal ia membaca Alquran lebih baik dari ia membaca huruf latin. Tujuannya agar
makin lama dapat berada di dalam kelas yang sama dengan Syalimah. Berulang kali
ditanyakannya kepada ustaz hal-hal yang ia sudah tahu. Dibentak bebal, ia
tersenyum sambil menunduk. Adapun Syalimah, berpura-pura bodoh membaca tajwid,
dimarahi ustaz, biarlah. Maksudnya serupa dengan Zamzami. Semua taktik yang
merugikan diri sendiri itu, jika boleh disebut dengan satu kata, itulah cinta.
......
Disadur dari: Novel Pertama Dwilogi Padang Bulan, Andrea
Hirata. 2010.
-Widyanto-
Minggu, 05 Februari 2012
Baru saja pagi ini saya bercerita
dengan Ibu lewat telepon. Beliau menceritakan sedikit kisah menyedihkan. Begini
ceritanya,,
Di tempat tinggalku ada seorang
Bapak yang kesehariannya berjualan roti keliling menggunakan gerobak beroda
tiga yang dikayuh seperti becak, bel-nya berirama khas iklan sebuah perusahaan
roti terkemuka di Indonesia. Beliau mempunyai dua orang anak laki-laki, yang
pertama masih SMP, dan yang kedua masih SD. Saya mengenal mereka sejak mereka
masih kecil. Dulu, mereka sekeluarga tidak tinggal di desa tempat tinggalku,
tetapi jauh di daerah Magelang sana. Sang Bapak memulai usahanya dari berjualan
kupat tahu, atau ada yang menyebutnya ketoprak. Dibantu istrinya yang
menyiapkan bahan-bahan segala rupa, sang Bapak berangkat dari pagi sampai
terkadang malam. Karena saya pulang kampung tidak pernah lama-lama, hanya
sekilas dari kesehariannya yang saya ketahui.
Sabtu, 04 Februari 2012
Waktu hendak berangkat sholat jumat kemarin, saya lewat
jalan yang biasa saya lewati menuju masjid kampus. Suasana agak mendung siang
itu. Dalam perjalanan, saya melihat tiga orang anak kecil yang masing-masing
memanggul karung. Entah apa isinya, tetapi saya menduga semacam barang-barang
bekas seperti kertas dan lainnya. Sembari mengobrol, mereka berjalan dengan
langkah kecil mereka yang tidak bisa mendahului langkah besar dua orang
mahasiswa di depannya. Seorang bapak juga berjalan di track yang sama saat itu. Meski langkahnya besar, bapak itu tetap
berada di belakang ketiga anak tersebut, seperti tidak ingin mendahului mereka. Sementara
itu, saya sibuk mengambil gambar di belakang mereka, sampai akhirnya saya
bergegas untuk mempercepat langkah mendahului mereka semua. Saya hanya melirik
dan langsung berjalan cepat menuju masjid. Yang teringat di pikiran saya sampai
sekarang adalah Jumat saat itu mendung.
...
Benar saja, selesai ibadah Jumat, saya terpaksa berteduh
selama beberapa menit di koridor masjid, karena hujan mulai turun cukup deras. Hujan
menghapus panas di bumi, sekaligus ingatan saya bahwa saya sudah mengambil
beberapa gambar tadi sebelum sampai di masjid.
Kamis, 19 Januari 2012
...
Selama setengah jam Mortenson menunggu dengan gelisah
sementara Sakina menyeduh paiyu cha. Haji Ali menyusurkan jemari di sepanjang
ayat-ayat Al Quran yang paling dia hargai di atas semua miliknya, membuka-buka
halaman secara acak dan dengan nyaris tak bersuara menggumamkan doa-doa bahasa
Arab sementara dia menatap tak berkedip ke satu arah.
Ketika mangkuk-mangkuk berisi teh mentega mendidih sudah ada
di tangan masing-masing, Haji Ali berkata, “Kalau kau ingin berhasil di
Baltistan, kau harus menghargai cara-cara kami,” ujar Haji Ali, meniup-niup
mangkuknya. “Kali pertama kau minum teh bersama seorang Balti, kau masih orang
asing. Kedua kalinya kau minum teh, kau adalah tamu yang dihormati. Kali ketiga
kau berbagi semangkuk teh, kau sudah menjadi keluarga, dan untuk keluarga kami,
kami bersedia untuk melakukan apa saja, bahkan untuk mati sekalipun.” Haji Ali
meletakkan tangannya dengan sikap hangat di atas tangan Mortenson. “Dokter
Greg, kau harus memberi waktu untuk berbagi tiga cangkir teh. Mungkin kami
memang tidak berpendidikan. Tetapi kami tidak bodoh. Kami telah hidup dan
bertahan di sini untuk waktu yang sangat lama.”
Selasa, 10 Januari 2012
Dear all, kemarin saya baru saja mengikuti seminar seorang
mahasiswa S2 di IPB, mas Leo namanya. Mas Leo itu adalah kakak dari teman
sekelas saya waktu kuliah dulu. Beliau menyajikan presentasi selama kurang
lebih setengah jam kemudian diteruskan tanya jawab setengah jam berikutnya. Saya
agak canggung duduk bersama mahasiswa S2, tapi ‘masa bodoh amat dah’ pikir
saya. Barangkali bisa jadi motivasi buat lanjut studi. Aamiinn..
Niat untuk mencari ilmu memang bisa dari mana saja, apalagi
kalau masih di lingkup kampus, kita bisa datang ke seminar-seminar, kuliah
umum, workshop, pelatihan, dan lainnya. Seperti kemarin, saya baru mendapatkan
gambaran ilmu baru tentang komunikasi dan partisipasi dalam pemberdayaan
masyarakat.
Rabu, 07 Desember 2011
![]() |
aisha |
Orang tua mana yang tidak senang punya momongan baru, kalo orang normal ya pasti sangat menantikan kedatangan sang buah hati ke dunia ini. Ayah Ibu sangat perhatian pada si kecil semenjak masih di dalam kandungan. Begitu lahir, orang tua terutama ibu selalu memberikan makanan yang terbaik untuk si kecil. ASI, MPASI, dll hingga si kecil tumbuh dan berkembang. Tidak jarang orang tua memberikan kasih sayang dalam bentuk mendongeng sebelum tidur, mengajak bertamasya, bermain di teras, atau melantunkan lagu-lagu. Aku menyebutnya nembang. Mbahku dan bapakku adalah sosok orang tua yang suka nembang meski tidak begitu tahu apa arti dan lirik tembang (lagu) tersebut. Pokoknya asal nadanya dirasa pas saja. Hehe,, Aku juga demikian. Jika ada kesempatan yang pas, aku bisa melantunkan tembang sedikit-sedikit, untuk menenangkan ponakan-ponakanku sambil menggendongnya berkeliling rumah atau hanya di halaman saja. Pagi hari saat matahari masih hangat-hangat kuku, saat setelah si kecil mandi, dan menjelang tidur siang atau malam adalah waktu-waktu yang pas untuk beraksi. Berikut salah satu tembang yang umum dilantunkan oleh orang etnis Jawa sepertiku. Judulnya Tak lelo lelo ledung.
Lirik Tak lelo lelo ledung
![]() |
rafa, jangan lupa sholatnya |
Tak lelo lelo lelo ledung (mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup menenga aja pijer nangis (cup sayang tenanglah jangan engkau menangis terus)
Anakku sing ayu (bagus) rupane (anakku yang cantik/tampan rupanya)
Yen nangis ndak ilang ayune (baguse) (kalau menangis nanti hilang cantik/tampannya)
Tak gadang bisa urip mulyo (kami harapkan engkau bisa hidup mulia)
Dadiyo wanito (priyo kang) utomo (jadilah wanita/pria yang utama)
Ngluhurke asmane wong tuwa (meluhurkan nama orang tua)
Dadiyo pandekaring bangsa (jadilah pendekarnya bangsa)
Dadiyo pandekaring bangsa (jadilah pendekarnya bangsa)
Wis cup menenga anakku (sudahlah cup tenanglah anakku)
Kae mbulane ndadari (itu bulannya purnama)
Kaya butho nggegilani (seperti raksasa yang menakutkan/menjijikkan)
Lagi nggoleki cah nangis (sedang mencari anak yang menangis)
Tak lelo lelo lelo ledung (mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup menenga anakku cah ayu (bagus) (cup tenanglah anakku yang cantik/tampan)
Tak emban slendang batik kawung (kugendong dengan selendang batik kawung)
Yen nangis mundak ibu bingung (kalau terus menangis nanti ibu bingung)
ayo tidurlah.. |
Ponakanku yang kedua (aisha) sangat suka mendengarkan lagu campursari, dan favoritnya menjelang tidur adalah tembang di atas. Meski tembang dilantunkan dari HP, karena suara asli penyanyinya lebih merdu, dia tetap senang dan bisa tertidur pulas. Tembang di atas kurang lebih berisi usaha orang tua untuk membuat anaknya merasa nyaman dan tenang sehingga tidak terus menerus menangis. Sambil ditimang-timang, sang anak didoakan agar menjadi orang yang hebat (hidup mulia, berbakti untuk orang tua dan bangsa). Terkadang orang tua juga memberikan perumpamaan seperti di atas, ada bulan purnama yang mirip seperti kepala raksasa yang bulat yang sedang mencari-cari anak yang nangis. Perumpamaan seperti itu bukan untuk menakut-nakuti, melainkan lebih untuk menarik perhatian sang anak, supaya dia teralihkan dari hal yang membuatnya menangis dan kembali larut dalam alunan tembang yang menenangkan.
Aku suka menggendong mereka dan melantunkan tembang-tembang itu. Really, love it.
-Widyanto-
Rabu, 23 November 2011
niat haji kite niatin aduh sayang..
niat haji kite niatin duh sayang aduh sayang...
haji mabrur kite dambain..
surilang njot-enjotan...
#lagunye snada nyang judulnye surilang njot-enjotan. mantap dah..
Hubungannya apa ya lagunya Snada dengan judul di atas. Nah, saya ambil
sebagian lirik Surilang tersebut, kurang lebih yang kayak di atas. Bulan haji
kayak gini janur kuning dimana-mana, alhamdulillah banyak walimahan. Banyak
pula umat yang berangkat ke tanah suci untuk sowan, bertamu ke rumahnya Gusti
Allah ingkang Moho Agung. Bukan hanya satu dua orang dari negeri kita ini,
tetapi jutaan. Bayangkan berapa banyak pesawat yang dipakai, berapa meter kain
ihram yang dibuat, berapa pasang sepatu haji yang dibikin, berapa peci haji
yang nutupin kepala jamaah, dll. Intinya butuh persiapan yang akbar pula untuk
benar-benar bisa pergi haji dan pulang menjadi haji yang mabrur.
![]() |
Ayah dan Reda |
Sabtu, 28 November 2009

Tepat Jumat, 27 November 2009, kami mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) berhasil menyelenggarakan kegiatan kunjungan ke panti asuhan Yayasan Tarbiyatul Yatama, Ciampea. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan pemotongan seekor domba yang diberi label Saepul* di tanduk kanannya. Pak Ustadz langsung membaca niat dan doa, teman-teman memegang kaki depan dan belakang si domba. Cepat saja, pak ustadz sudah mengucurkan darah domba dengan goloknya yang sudah memakan nyawa beberapa domba dan seekor sapi di pagi itu. Kontan, mahasiswa putri pun meringis-ringis. Darah segar mengalir dari leher menuju lubang kecil yang sengaja digali di bawahnya untuk menampung darah si domba. Seketika darah itu mengental hampir seperti agar-agar merah rasa stroberi, tetapi yang ini lebih pekat. Dengan cekatan, beberapa teman telah berhasil mengabadikan momen berharga ini. Ya, Qurban.
Hari ini kami melaksanakan amanat teman-teman ITP yang telah bersedia menyisihkan sebagian rizkinya untuk bersedekah di hari yang akbar ini. Hingga beberapa bulan setelah berhasil menghimpun dana, teman-teman mewujudkan sedekah itu dalam bentuk seekor domba, alat tulis, dan rangkaian kegiatan seperti games, dll. Bagi adik-adik yatim piatu di yayasan tersebut, kedatangan kami mungkin sangat memberi arti, baik secara mental atau material. Adalah Pak Sholeh yang mengurus yayasan ini, meneruskan jejak orang tua beliau, sang penggagas pendirian yayasan, untuk memulai sebuah 'bisnis' yang mulia ini, berbisnis dengan Allah. Kami banyak bertukar pikiran dengan pak Sholeh tentang 'bisnis' mulia ini, bagaimana beliau mengaitkan ini dengan implementasi shalat lima waktu. Kami tertegun, sedikit haru.
Sementara yang lain menyiapkan sate untuk adik-adik, mahasiswa putri sigap mengambil 'lunch' dengan format itp yang sudah biasa kami lakukan. Anda tahu? Ya, nasi putih yang dibikin memanjang, dialasi daun pisang, ditaburi urap di atasnya, diplotkan tempe goreng kira-kira ukuran 5x2x2 cm, dan tidak lupa sambal merahnya. Satu hal yang spesial adalah, sate kambing yang kami potong dagingnya sendiri, kami tusuk sendiri, kami bakar sendiri. Tawa canda menghiasi persiapan 'lunch' itu, plus bau asap daging kambing mengepul 'membaui' baju kami. Sreng...
Alhasil, semua adik-adik dijajarkan berhadapan, diberi aba-aba untuk siap menerkam apa yang ada di depannya. Mata mereka berbinar seperti menemukan santapan lezat dan spesial di hari yang mulia ini. Sebuah doa sebelum makan terlantun dari seorang adik yang bernama Yogi, adik yang paling kecil dan imut yang baru kelas 2 SD. Dengan fasih, dia memimpin teman-temannya yang lebih besar dan lebih tua darinya. Dia PD saja, tidak ada yang perlu ditakutkan. Good job adik Yogi!
... ...
Luar biasa, kakak-kakak mahasiswa ikut bergabung di sela adik-adik yang sedang menikmati makanan mereka. Kami sadar, itu bukan hak kami, tetapi demi menghargai permintaan pengurus untuk 'berbagi bersama' kami ikut nimbrung sewajarnya. Ingat PHA? Benzopyrene? itu semua ada! Nyata! tetapi kebersamaan itu sungguh larut di suasana saat itu, seolah tidak peduli, seorang sahabat kami malah mencari-cari yang daging yang gosong-gosong. Entah, materi kuliah tentang itu mungkin sedang dilupakan. Sampai beberapa menit setelah 'penyerbuan' itu, adik-adik sudah menyerah dan pergi cepat untuk mencuci tangan. Tinggal para mahasiswa yang siap menerjang sisa nasi, urap, tempe, dan sambal.
Selesai membersihkan semua itu, games setting segera dilakukan. Games bos berkata, menghafal nama, dan kapal karam kami rangkum dalam suasana menjelang berakhirnya kegiatan. Tawa canda mereka yang renyah benar-benar menghibur kami. Keluguan mereka mengalir lewat jawaban-jawaban yang dilontarkan. Sikap pemalu mereka nampak jelas dari tingkah-tingkah lucu saat itu. Mereka adalah anak-anak yang sudah tidak lengkap orang tuanya, dan berasal dari beberapa penjuru Kota dan Kabupaten Bogor. Semua berkumpul dalam satu gedung asrama yang dibagi dua putri dan putra. Mulai dari yang paling kecil kelas dua SD hingga yang paling besar kelas 3 MTs, semua berbaur layaknya kakak dan adik sendiri. Kami, perwakilan mahasiswa ITP datang menjadi kakak sementara yang ingin berbagi pula dengan mereka.Cita-cita besar mereka disampaikan dengan gamblang, begitu juga kami. Semua seperti mendoakan dan mendukung apa yang dicita-citakan oleh saudaranya. Sang MC juga terampil dalam menggali pikiran mereka dalam sesi ini. Sehingga kami dibikin tertawa riang mendengar jawaban dan melihat tingkah mereka yang lucu dan lugu. Dokter umum, polisi, pemain bola diantaranya merupakan cita-cita luhur mereka.
Hingga kurang lebih pukul 15.10 semua hadiah, doorprize telah dibagikan. Semua amanat teman-teman ITP telah disampaikan. Saatnya berpisah,.. Pak Sholeh selaku ketua yayasan menyampaikan pesan yang begitu menyentuh. Begitu beliau menyampaikan pesan yang bersifat doa, segera adik-adik mengamini, mengharap pengabulan dari Illahi. Tidak lebih dari sepuluh menit beliau menyampaikan pesan, kami merasa ada yang mengiris hati ini. Kehadiran kami mungkin bukan kehadiran pertama dari kalangan mahasiswa. Akan tetapi, kehadiran hati kami, seorang ITP, mungkin merupakan nilai lebihnya. Niat ITP untuk berbagi tunai dibayar pada momen ini. Kami mengharap pertemuan di lain kesempatan. Pak Sholeh dan adik-adik mengharap pertemuan kembali di akhirat nanti. Semua doa-doa beliau dan adik-adik untuk kami, ITP, dan semuanya diiringi dengan kata amin berulang-ulang.
Ya Allah, kami didoakan menjadi seorang pemimpin yang mampu bertanggung jawab untuk semuanya, diri sendiri, orang lain. Rasanya air mata ini ingin menetes tatkala kata-kata itu terlontar dari pak Sholeh.
Acara ditutup dengan pujian kepada Illahi, salam-salaman, dan foto bersama. Jargon mereka ketika ditanya, "Apa Kabar Hari Ini?" Mereka menjawab, "Alhamdulillah, Tubuhku, Hatiku, Pikiranku, Presh-Presh-Presh...Yess!! Seringaian gigi-gigi mungil muncul di ingatan kami, senyum-senyum mungil pasti membuat kami rindu.
Guys, semua pemberian yang telah diberikan butuh keikhlasan, agar senilai dengan hikmah di hari yang akbar ini. Kami, rohis ITP menghaturkan rasa terima kasih tulus ikhlas atas niat dan kebaikan hati teman-teman semuanya dari tiap angkatan. Semoga kegiatan seperti ini bisa berlanjut. Kebersamaan itu bisa dibangun di luar kampus,,
Insya Allah bermanfaat, Selamat Hari Raya Iedul Adha 1430 H.
Assalamu'alaikum,
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
foodpoisoningonset.com Mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit pada manusia, baik melalui pangan, air, udara, dll. Penyakit yang dia...
-
using sharp knife slightly Weleh2x, bagaimana bisa disembelih tidak sakit? Melihatnya saja merasa ngeri, bahkan ada juga orang yang tid...
-
Padahal sudah bulan Juni tapi baru posting,..Hehe, Judul lagu aslinya Januari di Kota Dili, sekarang aku mau cerita pengalamanku pergi ...
Blogger news
Prayer Time
About Me

- Anto
- freelance, interested in halal science and islamic history, studied food science & tech, has a lovely Red Eared Slider, named Melo.
Followers
Viewer Stat
Design by Azmind.com | Blogger Template by NewBloggerThemes.com