Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 27 November 2011

laronman dan laronwati
Bogor petang itu menunjukkan keganasannya. Hujan besar menggguyur diiringi banyak petir yang menyambar. Efeknya, di malam harinya saya tidak melihat adanya pelangi (ya iya lah, orang malem). Mak sud saya, di malam harinya kost-kostan kedatangan banyak tamu yang kami anggap tamu tak diundang, Laron. Entah itu nama singkatan atau memang nama aslinya. Mungkin saja itu singkatan dari larva ...on (apapun itu, pake kata larva karena seneng liat program TV namanya larva). Lambat laun saya dan teman-teman menyadari, mereka (laron itu) adalah tamu yang memang diundang oleh kami.  Ya, lampu yang kami  nyalakan itulah yang menarik perhatian mereka. Jadi, langkah singkat kami adalah segera menekan saklar lampu ke posisi OFF di setiap kamar dan ruang tamu, lalu membiarkan lampu halaman menyala. Signifikan. Kami mengusir laron secara halus. Hehehe...

Rabu, 23 November 2011

niat haji kite niatin aduh sayang..
niat haji kite niatin duh sayang aduh sayang...
haji mabrur kite dambain..
surilang njot-enjotan...

#lagunye snada nyang judulnye surilang njot-enjotan. mantap dah..

Hubungannya apa ya lagunya Snada dengan judul di atas. Nah, saya ambil sebagian lirik Surilang tersebut, kurang lebih yang kayak di atas. Bulan haji kayak gini janur kuning dimana-mana, alhamdulillah banyak walimahan. Banyak pula umat yang berangkat ke tanah suci untuk sowan, bertamu ke rumahnya Gusti Allah ingkang Moho Agung. Bukan hanya satu dua orang dari negeri kita ini, tetapi jutaan. Bayangkan berapa banyak pesawat yang dipakai, berapa meter kain ihram yang dibuat, berapa pasang sepatu haji yang dibikin, berapa peci haji yang nutupin kepala jamaah, dll. Intinya butuh persiapan yang akbar pula untuk benar-benar bisa pergi haji dan pulang menjadi haji yang mabrur.
Ayah dan Reda
Anyway, kalo baca judul di atas jadi ingat dengan salah satu film karya Ismail Ferroukhi, Le Grand Voyage. Ini salah satu film favorit saya. Selain karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Perancis, isi ceritanya sangat menggugah dan memotivasi, apalagi kalau bukan memotivasi untuk naik haji selagi masih muda. Singkat cerita, sang Ayah yang diperankan oleh Mohammed Majd mempunyai seorang putra yang bernama Reda yang diperankan oleh Nicholas Cazale. Keluarga mereka adalah salah satu dari banyak keluarga muslim yang tinggal di Perancis Selatan. Alkisah Sang Ayah memiliki cita-cita ingin menunaikan ibadah haji seperti yang sudah dilakukan oleh ayah dan kakeknya dulu. Hanya saja, uniknya beliau tidak mau berangkat menggunakan pesawat terbang, melainkan dengan mobil. Beliau ingin sekali seperti orang tuanya dulu yang pergi haji dengan cara yang sederhana. Akhirnya beliau jadi berangkat juga dengan ditemani putranya menggunakan mobil yang pintunya pun baru saja diperbaiki dengan mengganti pintu dari mobil lain yang sejenis. Dengan membawa perbekalan, baik makanan, pakaian, uang tunai, serta kelengkapan paspor, sang Ayah dan putranya berangkat dari Perancis menuju tanah suci.

Senin, 14 November 2011

using sharp knife slightly
Weleh2x, bagaimana bisa disembelih tidak sakit? Melihatnya saja merasa ngeri, bahkan ada juga orang yang tidak kuat ketika melihat penyembelihan ternak misalnya. Tapi, kalau tidak disembelih, bagaimana kita bisa makan daging? Bagaimana kita bisa makan jeroan, sum-sum tulang, sop buntut, dll? Tapi penyembelihan itu kan kelihatannya kejam sekali, tidak manusiawi, mungkin ada diantara kita yang masih berpikir demikian. Keluar dari konteks apakah kita memanusiakan binatang yang akan disembelih, kita perlu tahu benar ga seh kalau penyembelihan binatang yang sering dilakukan orang itu kejam, mungkin menyakitkan bagi binatang tersebut?

Nah, habis ini bahasanya agak kerenan dikit, hehe.