Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 24 Desember 2011


Masalah berbagi merupakan topik yang tidak ada habis-habisnya untuk direnungkan. Ketika perenungan ini bermuara pada wujud implementasi tingkah laku, akan muncul dorongan berbagi lainnya. Inilah manusia, yang ditaruh di dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi dan memanusiakan lainnya. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Di sinilah keindahan berbagi daripada sekadar menerima.


Rabu, 21 Desember 2011


mencuci sepeda di depan kost

Jika aku menjadi anak kecil lagi, aku akan berlari sekencang dulu aku pernah berlari, bahkan mungkin lebih kencang lagi.


Jika aku menjadi anak kecil lagi, aku akan menangis seketika temanku merebut mainanku, hal yang bisa membuatku senang dan asyik.


Jika aku menjadi anak kecil lagi, aku akan merengek meminta dibelikan mainan mobil-mobilan baru atau hanya mainan ular tangga baru.


Jika aku menjadi anak kecil lagi, aku akan turun ke selokan dan mencari ikan-ikan sepat, mengumpulkannya hingga satu ember.

Jumat, 16 Desember 2011

jadikan subuhku bermakna ya Allah



Saya sudah lama ingin menulis ini dan sekarang alhamdulillah terlaksana. Saya teringat sebuah pesan dari Baginda Nabi saw, berikut pesan beliau:

« إن أثقل صلاة على المنافقين صلاة العشاء ، وصلاة الفجر ، ولو يعلمون ما فيها لأتوهما ولو حبوا ، ولقد هممت أن آمر بالصلاة فتقام ، ثم آمر رجلا فيصلي بالناس ، ثم انطلق معي برجال معهم حزم من حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة فأحرق عليهم بيوتهم بالنار » . متفق عليه .
“ Sesungguhnya solat yang terberat bagi orang-orang munafik adalah solat isya’ dan solat subuh, kalau sekiranya mereka mengetahui apa yang terdapat di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangai keduanya meski dengan terjatuh, dan sunggguh aku telah berhasryat untuk memerintahkan seseorang  agar mendirikan solat, kemudian akau meminta seseorang agar menjadi imam, lalu aku pergi bersama orang-orang membawa kayu bakar kepada kaum yang tidak hadir solat, lalu aku bakar mereka dengan rumah-rumah mereka dengan api.” (HR: Bukhari Muslim).

Rabu, 14 Desember 2011


Aduhai aduh ijonya, membuat semakin segar mataku (lagu dangdut yang digubah secara ngawur). Hehe..

Ngomong-omong soal ijo tidak berarti tentang duit doang, tetapi yang mau dibahas ini ijo yang sebenarnya, ijo daun (kayak nama band). Kalo inget ijo daun jadi inget wejangan guru zaman SD dulu, “anak-anak kalo kalian upacara, terus mau pingsan, coba lihat aja pohon-pohon di depan kalian yang daunnya ijo..”. Senin berikutnya aku coba praktekkan, ketika penglihatanku mulai kabur, berubah perlahan semuanya menjadi kuning, kepalaku berkunang-kunang, aku mulai melihat ijo-ijo daun yang ada di sekitar halaman sekolah. Akhirnya aku berhasil, aku berhasil dibawa ke UKS. (haha.. ^^).

Begitu kuliah alhamdulillah tidak ada upacara-upacara lagi setiap Senin, tidak ada baris-berbaris, pake topi dan seragam lagi. Alhamdulillah hilang penderitaan. Apalagi di kampusku yang banyak ijo-ijoan, pekarangan dan hutannya luas, pohon-pohon dimana-mana. Memang sekarang lagi banyak dibangun jadi ijo-ijonya sedikit berkurang, banyak mahasiswa pada protes. Ya, biarlah, biar ada sedikit konflik di kampusku ini. Yang penting mahasiswanya pada lulus dengan baik dan benar, dosen mengajar dengan baik dan benar, laboran, staff, dll juga bekerja profesional (ideal banget yak?). Aku berpikir, kali mereka gampang ngilangin stress dengan melihat-lihat keadaan sekitarnya yang masih ijo-ijo, jadinya kalo kita mahasiswa atau alumni mau ke loket-loket rektorat selalu dapet senyum yang indah, bukan cemberutan atau dicuekin (eh, malah curhat).

Di kos-kosan aku suka membuat green spot, yang sebenarnya terinspirasi dari sohibku. Green spot yang ada di kost aku pilih yang kecil-kecil saja, yang masuk dalam pot ukuran kecil. Ada euphorbia, dracaena, kaktus, dll. Dulu sempat ada sirih belanda, cincau hijau, dll, hanya beberapa sudah dibawa dan dipindahkan. Hingga sekarang tinggallah ini

a green spot in front of my boarding house

Kesenangan tersendiri muncul ketika aku bisa merawat mereka dan tidak bosan untuk terus merawat mereka. Peralatan yang kugunakan cukup mudah dan terjangkau, diantaranya: pot (sesuai ukuran, biasanya waktu beli sudah sekalian dengan tanamannya), semprotan air (water spray), gunting, ampas teh bekas, tanah, sekam, pasir, kerikil, pupuk (jika perlu). Mudah asal ada kemauan insya Allah bisa. Lumayan buat cuci mata yang aman, tidak membawa mudharat/keburukan juga kan? Hehe, Nah, inget ijo-ijo aku jadi inget juga kata-kata ustadz zaman kecil aku ngaji TPQ. Kata beliau, tanaman atau tumbuhan juga ikut bertasbih memuji Allah, jadi kalo kita rajin merawat mereka dengan sungguh-sungguh berarti kita terus menerus memberi kesempatan mereka bertasbih memuji Allah. Bener juga ya, paling tidak kita juga jadi inget sama Allah ketika melihat hasil green spot rawatan ini, paling tidak ada bobot kebaikan dari hal kecil ini. Jadi bikin green spot yang berbobot gampang insya Allah.


Try it, simple.

-Widyanto-

Rabu, 07 Desember 2011

aisha
Orang tua mana yang tidak senang punya momongan baru, kalo orang normal ya pasti sangat menantikan kedatangan sang buah hati ke dunia ini. Ayah Ibu sangat perhatian pada si kecil semenjak masih di dalam kandungan. Begitu lahir, orang tua terutama ibu selalu memberikan makanan yang terbaik untuk si kecil. ASI, MPASI, dll hingga si kecil tumbuh dan berkembang. Tidak jarang orang tua memberikan kasih sayang dalam bentuk mendongeng sebelum tidur, mengajak bertamasya, bermain di teras, atau melantunkan lagu-lagu. Aku menyebutnya nembang. Mbahku dan bapakku adalah sosok orang tua yang suka nembang meski tidak begitu tahu apa arti dan lirik tembang (lagu) tersebut. Pokoknya asal nadanya dirasa pas saja. Hehe,, Aku juga demikian. Jika ada kesempatan yang pas, aku bisa melantunkan tembang sedikit-sedikit, untuk menenangkan ponakan-ponakanku sambil menggendongnya berkeliling rumah atau hanya di halaman saja. Pagi hari saat matahari masih hangat-hangat kuku, saat setelah si kecil mandi, dan menjelang tidur siang atau malam adalah waktu-waktu yang pas untuk beraksi. Berikut salah satu tembang yang umum dilantunkan oleh orang etnis Jawa sepertiku. Judulnya Tak lelo lelo ledung.


Lirik Tak lelo lelo ledung

rafa, jangan lupa sholatnya
Tak lelo lelo lelo ledung (mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup menenga aja pijer nangis (cup sayang tenanglah jangan engkau menangis terus)
Anakku sing ayu (bagus) rupane (anakku yang cantik/tampan rupanya)
Yen nangis ndak ilang ayune (baguse) (kalau menangis nanti hilang cantik/tampannya)

Tak gadang bisa urip mulyo (kami harapkan engkau bisa hidup mulia)
Dadiyo wanito (priyo kang) utomo (jadilah wanita/pria yang utama)
Ngluhurke asmane wong tuwa (meluhurkan nama orang tua)
Dadiyo pandekaring bangsa (jadilah pendekarnya bangsa)


Wis cup menenga anakku (sudahlah cup tenanglah anakku)
Kae mbulane ndadari (itu bulannya purnama)
Kaya butho nggegilani (seperti raksasa yang menakutkan/menjijikkan)
Lagi nggoleki cah nangis (sedang mencari anak yang menangis)

Tak lelo lelo lelo ledung (mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup menenga anakku cah ayu (bagus) (cup tenanglah anakku yang cantik/tampan)
Tak emban slendang batik kawung (kugendong dengan selendang batik kawung)
Yen nangis mundak ibu bingung (kalau terus menangis nanti ibu bingung)

ayo tidurlah..
Ponakanku yang kedua (aisha) sangat suka mendengarkan lagu campursari, dan favoritnya menjelang tidur adalah tembang di atas. Meski tembang dilantunkan dari HP, karena suara asli penyanyinya lebih merdu, dia tetap senang dan  bisa tertidur pulas. Tembang di atas kurang lebih berisi usaha orang tua untuk membuat anaknya merasa nyaman dan tenang sehingga tidak terus menerus menangis. Sambil ditimang-timang, sang anak didoakan agar menjadi orang yang hebat (hidup mulia, berbakti untuk orang tua dan bangsa). Terkadang orang tua juga memberikan perumpamaan seperti di atas, ada bulan purnama yang mirip seperti kepala raksasa yang bulat yang sedang mencari-cari anak yang nangis. Perumpamaan seperti itu bukan untuk menakut-nakuti, melainkan lebih untuk menarik perhatian sang anak, supaya dia teralihkan dari hal yang membuatnya menangis dan kembali larut dalam alunan tembang yang menenangkan.

Aku suka menggendong mereka dan melantunkan tembang-tembang itu. Really, love it.

-Widyanto-

Sabtu, 03 Desember 2011

huddling
to all of us, brothers.

Indahnya kalo di dalam rumah kita dihiasi dengan kata-kata yang indah, bukan celaan/hinaan, senyuman yang tulus, bukan gerutuan dan cemberutan, dan sapaan yang ramah, bukan panggilan yang menyakitkan hati. Namun, kadang masalah muncul dan keindahan yang sedang kita bangun perlahan terkikis. Melihat itu, perlu keterbukaan pikiran dan perasaan dari setiap kita dalam menghadapi masalah-masalah di rumah kita ini. Sederhana mungkin, tetapi jika tidak disikapi dengan bijak dan musyawarah khawatir jadi buruk buat semua. Sedikit banyak mungkin bisa mempengaruhi impian-impian kita.
So, any problem that can be discussed please discuss it well. Do not blame any other person behind. If all of us want to share something important, share it to all. Let us know. If we really need help, please tell us. Let us know, because we are brothers. Silent may be good, but silent because any other people do can't make sense to us, that's the problem. Critical is good, and accepting critical is better. Open our mind brothers, friends. Open our ears, to listen many critical, suggestion, etc. Give chance for them to make many contribution in achieving our dreams. Let others help us. Let us help others.
I always remember my friend's words, "Keep chasing on your dreams, I'll help if I can, Let me be your friend."

-Widyanto-

Minggu, 27 November 2011

laronman dan laronwati
Bogor petang itu menunjukkan keganasannya. Hujan besar menggguyur diiringi banyak petir yang menyambar. Efeknya, di malam harinya saya tidak melihat adanya pelangi (ya iya lah, orang malem). Mak sud saya, di malam harinya kost-kostan kedatangan banyak tamu yang kami anggap tamu tak diundang, Laron. Entah itu nama singkatan atau memang nama aslinya. Mungkin saja itu singkatan dari larva ...on (apapun itu, pake kata larva karena seneng liat program TV namanya larva). Lambat laun saya dan teman-teman menyadari, mereka (laron itu) adalah tamu yang memang diundang oleh kami.  Ya, lampu yang kami  nyalakan itulah yang menarik perhatian mereka. Jadi, langkah singkat kami adalah segera menekan saklar lampu ke posisi OFF di setiap kamar dan ruang tamu, lalu membiarkan lampu halaman menyala. Signifikan. Kami mengusir laron secara halus. Hehehe...

Rabu, 23 November 2011

niat haji kite niatin aduh sayang..
niat haji kite niatin duh sayang aduh sayang...
haji mabrur kite dambain..
surilang njot-enjotan...

#lagunye snada nyang judulnye surilang njot-enjotan. mantap dah..

Hubungannya apa ya lagunya Snada dengan judul di atas. Nah, saya ambil sebagian lirik Surilang tersebut, kurang lebih yang kayak di atas. Bulan haji kayak gini janur kuning dimana-mana, alhamdulillah banyak walimahan. Banyak pula umat yang berangkat ke tanah suci untuk sowan, bertamu ke rumahnya Gusti Allah ingkang Moho Agung. Bukan hanya satu dua orang dari negeri kita ini, tetapi jutaan. Bayangkan berapa banyak pesawat yang dipakai, berapa meter kain ihram yang dibuat, berapa pasang sepatu haji yang dibikin, berapa peci haji yang nutupin kepala jamaah, dll. Intinya butuh persiapan yang akbar pula untuk benar-benar bisa pergi haji dan pulang menjadi haji yang mabrur.
Ayah dan Reda
Anyway, kalo baca judul di atas jadi ingat dengan salah satu film karya Ismail Ferroukhi, Le Grand Voyage. Ini salah satu film favorit saya. Selain karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Perancis, isi ceritanya sangat menggugah dan memotivasi, apalagi kalau bukan memotivasi untuk naik haji selagi masih muda. Singkat cerita, sang Ayah yang diperankan oleh Mohammed Majd mempunyai seorang putra yang bernama Reda yang diperankan oleh Nicholas Cazale. Keluarga mereka adalah salah satu dari banyak keluarga muslim yang tinggal di Perancis Selatan. Alkisah Sang Ayah memiliki cita-cita ingin menunaikan ibadah haji seperti yang sudah dilakukan oleh ayah dan kakeknya dulu. Hanya saja, uniknya beliau tidak mau berangkat menggunakan pesawat terbang, melainkan dengan mobil. Beliau ingin sekali seperti orang tuanya dulu yang pergi haji dengan cara yang sederhana. Akhirnya beliau jadi berangkat juga dengan ditemani putranya menggunakan mobil yang pintunya pun baru saja diperbaiki dengan mengganti pintu dari mobil lain yang sejenis. Dengan membawa perbekalan, baik makanan, pakaian, uang tunai, serta kelengkapan paspor, sang Ayah dan putranya berangkat dari Perancis menuju tanah suci.

Senin, 14 November 2011

using sharp knife slightly
Weleh2x, bagaimana bisa disembelih tidak sakit? Melihatnya saja merasa ngeri, bahkan ada juga orang yang tidak kuat ketika melihat penyembelihan ternak misalnya. Tapi, kalau tidak disembelih, bagaimana kita bisa makan daging? Bagaimana kita bisa makan jeroan, sum-sum tulang, sop buntut, dll? Tapi penyembelihan itu kan kelihatannya kejam sekali, tidak manusiawi, mungkin ada diantara kita yang masih berpikir demikian. Keluar dari konteks apakah kita memanusiakan binatang yang akan disembelih, kita perlu tahu benar ga seh kalau penyembelihan binatang yang sering dilakukan orang itu kejam, mungkin menyakitkan bagi binatang tersebut?

Nah, habis ini bahasanya agak kerenan dikit, hehe.