Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 15 Februari 2014


Struktur umum antibodi (wikipedia.org)
Sudah lamaaaa sekali tidak menulis (ups). Ya, berbulan-bulan. Hehe.. Selama berbulan-bulan lalu saya mencoba belajar ilmu-ilmu lain (wuidih). Ya, berikut sedikit dari beberapa pelajaran yang saya peroleh. Tulisan kali ini mengulas sekilas saja tentang dasar prinsip antibodi monoklonal (apa itu..). Yang jelas daripada mubazir tidak disampaikan kepada khalayak (mudah2an ada yang baca), ya lebih baik di-upload. Hehe. 
Antibodi merupakan protein khusus yang dihasilkan oleh sel pertahanan tubuh (imun) yaitu sel limfosit B. Sebagaimana protein lainnya, antibodi memiliki sisi-sisi aktif yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan senyawa atau molekul tertentu. Sebagai produk dari sel imun, antibodi berperan dalam pengenalan antigen-antigen (senyawa atau molekul yang bersifat asing bagi tubuh) oleh sistem imun tubuh. Sifat spesifisitas terhadap antigen diketahui dari adanya epitop-epitop pada antigen yang secara spesifik berikatan dengan sisi aktif molekul antibodi. Salah satu hasil karya ilmiah tentang antibodi yang mendapatkan hadiah nobel adalah nobel tentang antibodi monoklonal. Pada tahun 1984, Niels K. Jerne, George J. F. Kohler, dan Cesar Milstein mendapatkan Nobel Prize dalam bidang Physiology or Medicine. Niels K. Jerne berhasil mendapatkan nobel karena teorinya mengenai spesifisitas di dalam pengembangan dan pengendalian sistem imun (the specificity in development and control of the immune system), sedangkan  George J. F. Kohler dan Cesar Milstein karena menemukan prinsip produksi antibodi monoklonal (the principle for production of monoclonal antibodies). Masing-masing penemuan tersebut tidak dapat dipisahkan karena George J. F. Kohler dan Cesar Milstein menggunakan prinsip dan teori yang telah ditemukan oleh Niels K. Jerne. 
Teori yang mendasari prinsip produksi antibodi monoklonal dikemukakan oleh Niels K. Jerne. Ketiga teori Jerne meliputi spesifisitas, pengembangan, dan regulasi respon imun (Forsdyke 2012). Pertama, spesifisitas antibodi menunjukkan bahwa setiap individu memiliki sejumlah besar antibodi alami dengan kekhususan antigen yang dapat direspon individu tersebut. Adanya kecocokan antara molekul antigen-antibodi, memungkinkan terjadinya pengikatan antigen-antibodi yang kemudian merangsang produksi antibodi dengan kekhususan tertentu. Dengan demikian, spesifisitas antibodi tidak ditentukan oleh antigen tetapi sudah ditentukan sebelumnya. Kedua, Jerne menjelaskan tentang perkembangan sel imun dimulai hingga siap bereaksi dengan antigen. Dengan kata lain,  kereaktifan terhadap antigen yang menimbulkan keragaman antibodi. Jerne menjelaskan bagaimana interaksi antigen dengan antibodi tertentu berlanjut pada terjadinya proliferasi dan diferensiasi sel yang mensekresikan antibodi dengan spesifisitas yang sama. Ketiga, Jerne memperkirakan mekanisme atau regulasi respon imun melalui jaringan yang rumit yang melibatkan antibodi dan anti-antibodi. Dasarnya adalah bahwa antibodi dapat melibatkan anti-antibodi dalam melawan antigen. Lebih lanjut, anti-antibodi dapat merangsang produksi dari anti-anti antibodi dan seterusnya sehingga membentuk jaringan produksi antibodi. Jaringan ini menjadi tidak seimbang dengan adanya antigen sehingga sistem imun merespon atau melawan antigen untuk mengembalikan keseimbangan tersebut.
 
-Widyanto-