Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 24 Desember 2011


Masalah berbagi merupakan topik yang tidak ada habis-habisnya untuk direnungkan. Ketika perenungan ini bermuara pada wujud implementasi tingkah laku, akan muncul dorongan berbagi lainnya. Inilah manusia, yang ditaruh di dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi dan memanusiakan lainnya. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Di sinilah keindahan berbagi daripada sekadar menerima.



Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yakni keindahan dalam mengambil bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi untuk mencapai popularitas diri. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seseorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang kerendahan hati kita dengan memberi kepuasaan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Berbicara menunjukkan bahwa kita berbagi, sementara mendengarkan menunjukkan kita peduli. Menulis pun merupakan aksi bahwa kita ingin berbagi sesuatu dari tulisan kita dan kepedulian kita akan sesuatu. Hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Beberapa ahli mengatakan peduli mengawali langkah dalam berbagi.

Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan membuahkan keserupaan. Ada yang mengatakan bahwa suami istri yang senantiasa berbagi, lama-kelamaan akan menunjukkan wajah mereka yang semakin mirip. Mereka yang saling berbagi akan memiliki kepekaan yang tinggi untuk memahami kebutuhan dan keinginan pasangan lainnya. Bahkan dalam aspek spiritual, dikatakan bahwa semakin manusia mau untuk berbagi beban, berbagi waktu, dan berbagi apa yang dimilikinya untuk sesama dan bagi kemuliaan Sang Khalik, maka sifat-sifatnya pun akan semakin mendekati sifat-sifat Sang Khalik.

Wallahu a’lam,

Diambil dari Buku Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung dengan sedikit perubahan.


-Widyanto-
Categories: , ,

2 komentar:

  1. Sy sudah baca berkali-kali buku kecil warna putih plus biru tersebut. Bagus banget isinya. Ternyata kita punya buku yang sama. :)

    BalasHapus
  2. hehe, saya boleh dapat pinjaman mas,, alhamdulillah. :D

    BalasHapus

Komentar dipersilahkan