Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 28 April 2012


sumber: intisari-online.com
Obesitas seperti menjadi suatu gangguan epidemis yang menyebar luas, tidak membedakan siapa saja, dan bisa saja mematikan. Nah, sudahkah kita benar-benar memahami faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya obesitas? Konsepnya adalah energy balance (keseimbangan energi), yang mana:

Energi yang dikonsumsi = energi yang dikeluarkan + energi yang disimpan

Sehingga tidak ada kontradiksi dalam gambaran berikut: seseorang yang mengonsumsi kalori yang berlebih, di samping itu dia juga melakukan olahraga dengan rutin atau bahkan ekstra, maka tidak ada kasus melebarnya ukuran lingkar perut pada orang tersebut.


Namun demikian, para ilmuwan kerap bingung dengan keadaan bahwa beberapa orang mudah ‘terkena’ kegemukan kembali. Selain itu, para ilmuwan juga masih memikirkan apakah ada alternatif lain selain mengurangi jumlah kalori dan melakukan olahraga ekstra.

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa usus kita penuh sekali dengan bakteri, bahkan beberapa mampu menyediakan substansi penting seperti vitamin B-12. Penelitian selama dekade terakhir menemukan bahwa mikroba usus tersebut mungkin memiliki peranan yang lebih besar bagi kesehatan manusia yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Salah satu hal yang mencengangkan dari penelitian tersebut adalah  bahwa adanya kemungkinan beberapa macam bakteri usus yang terdapat di dalam usus manusia secara langsung dapat mempengaruhi risiko obesitas. Orang yang mengalami obesitas memiliki profil mikroba yang berbeda dengan orang yang kurus. Para ilmuwan telah mempelajari bahwa bakteri yang terdapat pada orang yang mengalami obesitas memetabolisme makanan yang dimakan dengan cara yang mana memungkinkan orang tersebut untuk mendapatkan lebih banyak kalori dari makanan tersebut dan lalu menyimpannya sebagai lemak.

Untuk menentukan apakah mengubah profil salah satu mikroba mampu mengatasi risiko obesitas, para ilmuwan dari French Institute for Agricultural Research (INRA) mencoba mentransfer bakteri usus dari tikus percobaan yang mudah mengalami obesitas dan yang tahan/tidak mudah mengalami obesitas ke dalam saluran usus mencit yang bersifat germ-free (tidak memiliki mikroba di tubuhnya, termasuk di ususnya). Beberapa mencit dari tiap kelompok diberi pakan biasa, sedangkan sisanya diberi pakan dengan kandungan lemak yang tinggi. Pemberian pakan dan pertambahan berat badan dimonitor selama 8 minggu dan contoh usus dianalisis untuk melihat tanda-tanda fisiologis dari metabolisme dan mekanisme umpan balik yang normal yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan energi dalam tubuh.

Seperti hipotesisnya, mencit yang mendapat bakteri usus dari tikus yang mudah mengalami obesitas mengonsumsi lebih banyak pakan, mengalami pertambahan berat badan, dan menjadi lebih gemuk dibandingkan dengan mencit yang mendapat bakteri usus dari tikus yang tahan terhadap obesitas. Mencit yang mendapat transfer bakteri dari tikus yang mudah mengalami obesitas juga memperlihatkan perubahan pada sensor-sensor zat gizi dan level peptida pada usus, yang memungkinkan adanya pengaruh respon mencit tersebut terhadap adanya pakan.

Ada tiga kesimpulan yang didapat oleh para ilmuwan. Pertama, orang yang mengalami obesitas dan diberikan kesempatan mengonsumsi makanan lebih banyak, memiliki profil mikroba yang spesifik mampu menaikkan berat badan. Kedua, bahwa perbedaan mikroba usus berhubungan dengan perubahan perilaku dan peningkatan konsumsi makanan. Ketiga, para ilmuwan yakin bahwa bermacam-macam mikroba usus yang ada dalam usus kita dapat mempengaruhi kemampuan kita dalam merasakan dan merespon makanan dengan baik. Para ilmuwan berharap secepatnya mampu menemukan cara-cara untuk memanipulasi profil mikroba usus terutama pada orang yang mengalami obesitas, sehingga mereka dapat dengan mudah menjaga berat badan yang sehat.

Frank Duca, Yassine Sakar, dan Mihai Covasa dari INRA.

Dengan judul asli Gut Organisms Could Be Clue in Controlling Obesity Risk


-Widyanto-
Categories: , ,

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar dipersilahkan