Masalah berbagi merupakan topik yang tidak ada
habis-habisnya untuk direnungkan. Ketika perenungan ini bermuara pada wujud
implementasi tingkah laku, akan muncul dorongan berbagi lainnya. Inilah manusia,
yang ditaruh di dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa
berbagi dan memanusiakan lainnya. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan
kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa
kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan
diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk
meningkatkan harga diri orang lain. Di sinilah keindahan berbagi daripada
sekadar menerima.
Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa
keindahan lain yang sifatnya semu, yakni keindahan dalam mengambil bukan untuk
memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan
memberi untuk mencapai popularitas diri. Berbagi bukanlah merupakan bungkus
yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya
ketika seseorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui orang
lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta
Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam
berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang kerendahan hati kita dengan
memberi kepuasaan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi
ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan
komunitas yang ada di sekitarnya.
Berbicara menunjukkan bahwa kita berbagi, sementara
mendengarkan menunjukkan kita peduli. Menulis pun merupakan aksi bahwa kita
ingin berbagi sesuatu dari tulisan kita dan kepedulian kita akan sesuatu. Hal ini
sekaligus memberikan gambaran bahwa berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli.
Beberapa ahli mengatakan peduli mengawali langkah dalam berbagi.
Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan
membuahkan keserupaan. Ada yang mengatakan bahwa suami istri yang senantiasa
berbagi, lama-kelamaan akan menunjukkan wajah mereka yang semakin mirip. Mereka
yang saling berbagi akan memiliki kepekaan yang tinggi untuk memahami kebutuhan
dan keinginan pasangan lainnya. Bahkan dalam aspek spiritual, dikatakan bahwa
semakin manusia mau untuk berbagi beban, berbagi waktu, dan berbagi apa yang
dimilikinya untuk sesama dan bagi kemuliaan Sang Khalik, maka sifat-sifatnya
pun akan semakin mendekati sifat-sifat Sang Khalik.
Wallahu a’lam,
Diambil dari Buku Setengah
Isi Setengah Kosong karya
Parlindungan Marpaung dengan sedikit perubahan.
-Widyanto-
Sy sudah baca berkali-kali buku kecil warna putih plus biru tersebut. Bagus banget isinya. Ternyata kita punya buku yang sama. :)
BalasHapushehe, saya boleh dapat pinjaman mas,, alhamdulillah. :D
BalasHapus