aisha |
Orang tua mana yang tidak senang punya momongan baru, kalo orang normal ya pasti sangat menantikan kedatangan sang buah hati ke dunia ini. Ayah Ibu sangat perhatian pada si kecil semenjak masih di dalam kandungan. Begitu lahir, orang tua terutama ibu selalu memberikan makanan yang terbaik untuk si kecil. ASI, MPASI, dll hingga si kecil tumbuh dan berkembang. Tidak jarang orang tua memberikan kasih sayang dalam bentuk mendongeng sebelum tidur, mengajak bertamasya, bermain di teras, atau melantunkan lagu-lagu. Aku menyebutnya nembang. Mbahku dan bapakku adalah sosok orang tua yang suka nembang meski tidak begitu tahu apa arti dan lirik tembang (lagu) tersebut. Pokoknya asal nadanya dirasa pas saja. Hehe,, Aku juga demikian. Jika ada kesempatan yang pas, aku bisa melantunkan tembang sedikit-sedikit, untuk menenangkan ponakan-ponakanku sambil menggendongnya berkeliling rumah atau hanya di halaman saja. Pagi hari saat matahari masih hangat-hangat kuku, saat setelah si kecil mandi, dan menjelang tidur siang atau malam adalah waktu-waktu yang pas untuk beraksi. Berikut salah satu tembang yang umum dilantunkan oleh orang etnis Jawa sepertiku. Judulnya Tak lelo lelo ledung.
Lirik Tak lelo lelo ledung
rafa, jangan lupa sholatnya |
Tak lelo lelo lelo ledung (mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup menenga aja pijer nangis (cup sayang tenanglah jangan engkau menangis terus)
Anakku sing ayu (bagus) rupane (anakku yang cantik/tampan rupanya)
Yen nangis ndak ilang ayune (baguse) (kalau menangis nanti hilang cantik/tampannya)
Tak gadang bisa urip mulyo (kami harapkan engkau bisa hidup mulia)
Dadiyo wanito (priyo kang) utomo (jadilah wanita/pria yang utama)
Ngluhurke asmane wong tuwa (meluhurkan nama orang tua)
Dadiyo pandekaring bangsa (jadilah pendekarnya bangsa)
Dadiyo pandekaring bangsa (jadilah pendekarnya bangsa)
Wis cup menenga anakku (sudahlah cup tenanglah anakku)
Kae mbulane ndadari (itu bulannya purnama)
Kaya butho nggegilani (seperti raksasa yang menakutkan/menjijikkan)
Lagi nggoleki cah nangis (sedang mencari anak yang menangis)
Tak lelo lelo lelo ledung (mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup menenga anakku cah ayu (bagus) (cup tenanglah anakku yang cantik/tampan)
Tak emban slendang batik kawung (kugendong dengan selendang batik kawung)
Yen nangis mundak ibu bingung (kalau terus menangis nanti ibu bingung)
ayo tidurlah.. |
Ponakanku yang kedua (aisha) sangat suka mendengarkan lagu campursari, dan favoritnya menjelang tidur adalah tembang di atas. Meski tembang dilantunkan dari HP, karena suara asli penyanyinya lebih merdu, dia tetap senang dan bisa tertidur pulas. Tembang di atas kurang lebih berisi usaha orang tua untuk membuat anaknya merasa nyaman dan tenang sehingga tidak terus menerus menangis. Sambil ditimang-timang, sang anak didoakan agar menjadi orang yang hebat (hidup mulia, berbakti untuk orang tua dan bangsa). Terkadang orang tua juga memberikan perumpamaan seperti di atas, ada bulan purnama yang mirip seperti kepala raksasa yang bulat yang sedang mencari-cari anak yang nangis. Perumpamaan seperti itu bukan untuk menakut-nakuti, melainkan lebih untuk menarik perhatian sang anak, supaya dia teralihkan dari hal yang membuatnya menangis dan kembali larut dalam alunan tembang yang menenangkan.
Aku suka menggendong mereka dan melantunkan tembang-tembang itu. Really, love it.
-Widyanto-
ihhhhh.... lucu......
BalasHapushaha,,yang mana yang lucu dit?
BalasHapuswaww so sweetttt
BalasHapus