Baru saja pagi ini saya bercerita
dengan Ibu lewat telepon. Beliau menceritakan sedikit kisah menyedihkan. Begini
ceritanya,,
Di tempat tinggalku ada seorang
Bapak yang kesehariannya berjualan roti keliling menggunakan gerobak beroda
tiga yang dikayuh seperti becak, bel-nya berirama khas iklan sebuah perusahaan
roti terkemuka di Indonesia. Beliau mempunyai dua orang anak laki-laki, yang
pertama masih SMP, dan yang kedua masih SD. Saya mengenal mereka sejak mereka
masih kecil. Dulu, mereka sekeluarga tidak tinggal di desa tempat tinggalku,
tetapi jauh di daerah Magelang sana. Sang Bapak memulai usahanya dari berjualan
kupat tahu, atau ada yang menyebutnya ketoprak. Dibantu istrinya yang
menyiapkan bahan-bahan segala rupa, sang Bapak berangkat dari pagi sampai
terkadang malam. Karena saya pulang kampung tidak pernah lama-lama, hanya
sekilas dari kesehariannya yang saya ketahui.
Suatu ketika saya pulang, saya
mendengar kabar bahwa sang Bapak sempat jatuh sakit. Saya juga baru tahu bahwa
beliau sudah tidak berjualan kupat tahu lagi, berganti dengan berjualan roti. Benar
saja, sewaktu bertemu beliau terlihat sangat kurus, menenteng satu keranjang
penuh berisi roti dalam kemasan plastik. “Mau dibawa kemana Pak?” tanya saya. “Ini
mas, mau dibawa ke teman saya, dititipin, biar dia yang jualin dulu, saya masih
nggak kuat, habis sakit soalnya” kata beliau. Ibu membelikan saya beberapa roti
dari beliau. Ibu memberi tahu bahwa ternyata istri beliau pergi entah kemana,
sudah lama. Sungguh kasihan, kedua anak
beliau ditinggal ibunya, entah kemana. Yang saya tahu dulu sang Ibu menimbakan
air sumur dari depan rumahku menuju ke rumahnya. Sekarang si sulung yang
melakukannya, terkadang dibantu adiknya. Mereka mencuci baju bersama di sumur
berdua, baju sekolah mereka.
Pagi ini saya mendengar bahwa
sang Ibu sempat kembali, tetapi dengan keadaan yang berbeda. Dia membawa
seorang bayi. Bayi tersebut bukan anak dari sang Bapak. Lebih mirisnya lagi, si
bayi meninggal dunia setelah dilahirkan dan tidak ada orang yang mau membantu
Ibu tersebut menguburkan bayinya. Bayi itu meninggal karena terlalu kecil kata
Ibu saya. Dia membawa jasad bayinya dari rumah ke rumah untuk meminta
pertolongan. Tentunya sambil membawa aib ke setiap rumah yang dia kunjungi. Saya
benar-benar heran, tidak ada yang mau mengurus jenazah bayi tersebut sampai
akhirnya jenazah bayi itu bisa ditempatkan sementara di rumah Pak Kaum (sebutan
pemimpin agama di desa yang ditunjuk oleh kepala desa/lurah setempat). Yang saya
dengar, hanya beberapa orang saja termasuk Ibu saya yang membantu memandikan,
bisa dihitung hanya 10 orang yang mengurus jenazah tersebut. Hanya tiga orang
yang menshalatkan jenazah bayi itu. Hanya sedikit orang yang mengantarkan
jenazah hingga ke liang kubur, termasuk Pak RT yang menggendong bayi itu. Tidak
ada takziyah seperti yang biasa dilakukan ketika ada masyarakat setempat yang
meninggal. Alhamdulillah masih ada yang bersedia mengurus jenazah bayi itu,
jika tidak maka hukum fardhu kifayah tentu belum terlaksana. Bisa-bisa semua
orang di desaku berdosa. Na’udzubillaahi min dzaalik.
Apa istilah ‘anak haram’ masih
melekat erat di masyarakat kita ya? Padahal jelas bahwa semua bayi yang lahir
di dunia ini adalah suci, bersih dari dosa. Meski bayi itu lahir dari hasil
zina, ia tetap bayi yang sama dengan bayi orang lain yang lahir dari hubungan
pernikahan yang normal. Akan tetapi, orang biasa menempelkan status kepada
orang lain, memandang sesuatu terhadap orang lain, beranggapan bahwa orang
lain, atau merasa orang lain itu berstatus ‘jelek’ tanpa peduli melihat siapa
yang diberikan label ‘jelek’ tersebut. Halal-Haram itu haknya Gusti Allah, tetapi inilah
kenyataan yang terjadi di masyarakat kita.
apik tulisanmu to! aku dadi terharu le maca...
BalasHapussetelah saya pikir-pikir lagi emang bukan salah almarhum, tapi persepsi masyarakat di daerah emang masih seperti itu to. itulah mengapa orang dewasa perlu memikirkan matang-matang kelakuan mereka karena mereka tidak hidup seorang diri.apalagi mereka memiliki kemampuan untuk membentuk makhluk hidup yang lain (baby).
malang banget nasib bayinya. hiks hiks hiks...
dan walaupun saya agak ngerasa gimana gitu sama sang ibu, saya bisa membayangkan kepedihan sang ibu karena dia bersalah at the very first place. ah~~~ bener2 sedih mbayangin posisi ibu tadi.
aku selalu berpikir : seharusnya orang-orang berpikir lebih jernih lagi tentang hubungan yang bisa melahirkan manusia baru. kalau memang mereka belum mampu, jangan melakukan hal yang bisa membuat mereka bertanggung jawab atas satu nyawa lagi. (ke ke ke ke... aku mau langsung menyebutkan istilahnya, tapi ntar di banned karena dianggap terlalu vulgar :"> )
di jakarta ini, aku bener2 merasa miris waktu lihat anak-anak ngemis, apalagi ma ortu yang ngajak anaknya ngemis. itu membuatku sedikit marah sebetulnya.
dont have sex without think how you can raise a baby.
dont have sex without think that would be a baby. baby that they need to take care by you.
sama kek ibu tadi, pernah berpikir gag dia gimana kalau dia hamil, melahirkan bayi. apa dia bisa membesarkannya dengan baik. apalagi dengan hubungan kek gitu, harusnya dia suddah bisa membayangkan bagaimana masyarakat melihat calon bayinya kelak. tapi sekali lagi, bukan saatnya menyalahkan sang ibu. mungkin apa yang dialaminya sekarang sudah menjadi pukulan telak di hatinya.
ah~~~~~~~~ jadi ngerasa sedih lagi deh mbahas-mbahas hal kek gini. masih pengen sharing banyak, tapi ntar takut komennya lebih panjang daripada artikelnya. kekekekeke..
may the baby rest in peace...
lanjutkan berkarya to. semangat!!
wehehe mba Iis ternyata. ho oh. ya begitu lah, pengulangan membentuk kebiasaan. apa yang diulang2 di masyarakat akan membekas dan membentuk pola pikir mereka. soal yang anak2 coba liat tulisanku yang ini http://rachmatwidyanto.blogspot.com/2012/02/aku-ingin-kuliah.html
BalasHapusmaju berkarya! hehe :)
Saya Widya Okta, saya ingin bersaksi pekerjaan Tuhan yang baik dalam hidup saya untuk orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan bagian lain dari kata itu, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara.
BalasHapusApakah mereka mencari pinjaman di antara Anda? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan kredit palsu di internet, tetapi mereka masih asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6 kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.
Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan seorang teman saya yang saya jelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya kepada perusahaan pinjaman yang dapat diandalkan yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapatkan pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM pada tingkat rendah 2% dalam 24 jam yang saya terapkan tanpa tekanan atau stres. Jika Anda membutuhkan pinjaman, Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
Jika Anda memerlukan bantuan dalam proses pinjaman, Anda dapat menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka, Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah membayar pembayaran cicilan bulanan seperti yang disepakati dengan perusahaan pinjaman.
Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya baik Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Mahakuasa akan selalu memberkatinya.