Senin, 27 Agustus 2012
Minggu, 05 Agustus 2012
Ini adalah artikel ketiga tentang perjalanan saya ke Dili. Kali ini saya
ingin cerita seputar kewajiban saya sebagai umat Islam laki-laki yang mesti
dilaksanakan seminggu sekali, iya, Jumatan. Ibadah jumat di Timor Leste tidak
semudah di Indonesia. Hanya ada satu masjid besar yang sering dipakai oleh umat
Islam Timor Leste, namanya masjid An
Nuur. Masjid ini terletak di daerah Kampung
Alor, yaitu kampung muslim di Timor Leste, dekat dengan area pantai Kelapa. Sebenarnya di pelosok
daerah lainnya juga sedang dibangun beberapa masjid, mengingat sedikitnya
masjid di sana sehingga untuk memudahkan umat yang ada di pelosok agar tidak
jauh-jauh datang ke Kampung Alor maka dibangunlah masjid lainnya. Masjid An
Nuur sedang direnovasi saat itu. Tetapi, sedang tidak direnovasi pun saya bisa
membayangkan rupa sebelumnya. Masjidnya tampak seperti masjid lama, dan (maaf) beberapa spot terlihat agak kumuh.
Di sekeliling masjid adalah area pesantren yang sama keadaannya. Menjelang sholat
Jumat anak-anak masih belajar mengaji bersama pak ustadz di beberapa ruangan di
samping masjid. Fasilitas kamar mandi dan tempat wudhu juga memprihatinkan. Akan
tetapi di bagian dalam masjid sungguh berbeda. Ada sebuah taman di dalam masjid
yang semakin memberi kesan hijau dan segar di tengah panasnya udara Timor
Leste. Bagian mimbar dan ruang utama masjid sudah mulai direnovasi dan tampak
lebih bersih dibandingkan bagian luarnya.
diresmikan 1981 sewaktu masih bareng dengan Indonesia |
bagian dalam ruang utama, tampak mimbar warna putih |
Kamis, 02 Agustus 2012
Halo..,nyambung lagi nih...
Setelah saya bercerita tentang kedatangan pertama saya ke Timor Leste,
sekarang saya ingin menceritakan seputar kegiatan saya di Timor Leste. Mau tau?
Yuk tengok..
Mainly, kegiatan saya adalah membantu dosen saya
dalam persiapan training yang difasilitasi oleh WHO seperti menyusun manual training, test, jadwal, dll. Training
ini diberikan oleh Prof. Dr. Winiati P.
Rahayu, dosen saya, sebagai trainer dan konsultan WHO. Training yang
diberikan adalah training tentang pengaturan laboratorium keamanan pangan.
Timor Leste memiliki satu laboratorium nasional (Nacional Laboratory) yang berada di bawah kementerian kesehatan (Ministerio de Saude). Oleh karena
dibentuknya bagian keamanan pangan (food
safety) masih baru, maka jadilah dosen saya diundang untuk memberikan
beberapa pengetahuan tentang laboratorium keamanan pangan.
Di sana kami bertemu dengan para staf laboratorium nasional dan staf WHO
yang ikut serta selama training tersebut berlangsung. Training dilakukan selama
lima hari baik di dalam kelas maupun di laboratorium. Kurang lebih 14 orang
mengikuti training ini, diantaranya berasal dari: staf laboratorium nasional
dengan berbagai departemennya, staf dari kementerian kesehatan, dan staf dari
WHO. Di awal pembukaan acara, kami disambut oleh Dr. Santina Maria de Jesus Gomez selaku kepala laboratorium
nasional dan juga Dr. Jorge Mario Luna,
selaku WHO Representative. Mereka memberikan simbol penyambutan dan kehormatan
berupa kain Tais, kain asli tenunan tangan dari Timor Leste.
Ternyata, sebagian besar staf laboratorium nasional pernah mengambil studi
di Indonesia baik untuk jenjang S-0 maupun S-1. Kebanyakan mereka lulusan
public health atau farmasi dari Universitas di Jawa dan Sulawesi. Saya juga
tidak menyangka demikian. Akan tetapi, baru-baru ini saya juga mendapat berita
bahwa kementrian pendidikan Timor Leste memang sedang gencar melakukan survey
di beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia dalam rangka kerja sama pendidikan
pascasarjana.
Balik lagi, saya banyak menemui teman baru di sana, ada Pak Pedro, Pinto, Fernandes, Baltazar,
Jose, Luis, Tito, Ibu Fransisca, Ana, Dalila, Epifania, Eugenia, Noemia, dan lainnya. Saya banyak
mendapatkan saran-saran tempat yang harus dikunjungi dari mereka. Ada satu yang
unik saat training berlangsung. Begini, ketika sudah waktunya jam istirahat
(kurang lebih pukul 12.00 Waktu Timor Leste=WIT), semua staf akan meninggalkan
kantor dan pulang ke rumah masing-masing. Kalau orang kampung saya bilang,
“SOLIDANG” (ngaSO, baLI, maDANG atau istirahat, pulang, makan). Bukan karena
tidak disediakan makan siang, tetapi memang sudah kebiasaan atau aturan di sana
yang demikian. Selama dua jam mereka beristirahat siang lalu kembali lagi ke
kantor kurang lebih pukul 14.00. Luar biasa. Mungkin waktu tersebut digunakan
untuk makan bersama keluarga, atau untuk sekadar take a nap, selama beberapa
menit. Mungkin dengan begitu kerja mereka menjadi lebih efektif (tidak
mengantuk, dll). Tapi itulah yang terjadi setiap harinya, sehingga begitu jam
istirahat gedung menjadi sepi dalam sekejap, ditinggal sementara oleh para
penghuninya.
Begitu seputar kegiatan training yang lalu, next story will be the other activities I had done! Exciting!
-Widyanto-
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
foodpoisoningonset.com Mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit pada manusia, baik melalui pangan, air, udara, dll. Penyakit yang dia...
-
using sharp knife slightly Weleh2x, bagaimana bisa disembelih tidak sakit? Melihatnya saja merasa ngeri, bahkan ada juga orang yang tid...
-
Padahal sudah bulan Juni tapi baru posting,..Hehe, Judul lagu aslinya Januari di Kota Dili, sekarang aku mau cerita pengalamanku pergi ...
Blogger news
Prayer Time
About Me
- Anto
- freelance, interested in halal science and islamic history, studied food science & tech, has a lovely Red Eared Slider, named Melo.
Followers
Viewer Stat
Design by Azmind.com | Blogger Template by NewBloggerThemes.com