Menjelang pergantian tahun baru masehi, masyarakat
Indonesia memiliki kebiasaan kuliner yang satu ini, apalagi kalau bukan bakar
jagung. Jagung termasuk ke dalam kelompok pangan serealia atau biji-bijian selain
padi, gandum, sorghum, barley, hops, dll. Serealia dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat
untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Akan tetapi, tentu ada hal-hal yang
perlu diwaspadai dalam hal keamanan pangan serealia, termasuk jagung.
Jagung dapat dirusak oleh mikroba terutama dari
golongan kapang. Kapang merupakan kelompok mikroba yang merupakan bagian dari
kingdom fungi atau jamur-jamuran. Rusaknya jagung atau serealia lainnya akibat
kapang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan ancaman bahaya terhadap
kesehatan. Selain itu, kapang juga dapat merusak jenis komoditi lain seperti
kacang-kacangan dan rempah-rempah. Jenis kapang yang dapat merusak jagung dan
serealia lainnya antara lain adalah Aspergillus
flavus. Kapang A. flavus dapat menyerang
serealia ketika jagung masih di ladang dan juga ketika dalam masa penyimpanan. A. flavus dapat menghasilkan racun yang
disebut Aflatoksin yang akan
menyebabkan biji jagung berwarna hijau
kekuningan sampai kuning kecokelatan. Penampakan yang dapat dilihat secara
visual ini menjadi cara yang paling sederhana untuk melihat apakah jagung sudah
rusak akibat kapang ini atau belum. Pertumbuhan kapang ini terjadi pada atau
diantara biji-biji jagung. Tumbuhnya kapang tersebut dapat dipicu oleh perubahan iklim (ketika masih di ladang) atau karena kondisi penyimpanan yang tidak baik dan sesuai, misalnya kondisi kelembaban yang tinggi, sehingga menyebabkan kadar air serealia yang disimpan naik.
Aflatoksin sendiri dihasilkan oleh antara lain Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Jenis Aflatoksin
yang paling sering dijumpai adalah Aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1, dan M2. Aflatoksin
yang paling toksik adalah Aflatoksin B1. Aflatoksin B1 dan B2 dapat mencemari
serealia atau pakan sapi atau hewan ruminansia lainnya sehingga dihasilkan
Aflatoksin M1 dan M2. Aflatoksin M1 dan M2 ini kemudian dikeluarkan melalui
susu yang dihasilkan hewan tersebut.
Bila susu tersebut diolah, maka produk olahannya dapat mengandung
aflatoksin M1 dan atau M2.
Konsumsi Aflatoksin pada dosis tinggi dapat
menyebabkan efek akut dan berujung pada kematian. Mengenai efek kronisnya, aflatoksin
merupakan penyebab mutagenik
(perubahan gen), teratotegik
(kerusakan pada janin), dan karsinogenik
(penyebab kanker). Efek mutagenik dan karsinogenik dapat terjadi pada beberapa organ
tubuh seperti hati, paru-paru, dan ginjal. Hati sebagai organ detoksifikasi racun dari
tubuh merupakan bagian yang paling parah kerusakannya akibat penumpukan
Aflatoksin pada hati dari pangan yang tercemar Aflatoksin. Kerusakan hati dapat
berupa hepatitis kronik, pembesaran hati, penyakit kuning, sirosis hati hingga
kanker hati.
Nah, sebelum bakar jagung ada baiknya dilihat dulu
dengan seksama penampakan visual dari jagung yang akan dikonsumsi. Apakah sudah
tumbuh kapang dengan ciri-ciri seperti yang sudah disebutkan di atas? Mari kita
waspada!
-Widyanto-
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar dipersilahkan