Islam bermakna ‘pasrah’, tunduk pada
Tuhan (Allah) dan terikat dengan hukum-hukum yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw. Mari kita tengok satu hadits Nabi tentang mengapa kita harus sholat, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam
telah menerangkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat,
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“(Pembatas) antara
seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim
no. 257).
Dari hadits di atas, kita dapat
mengambil pelajaran bahwa pembeda orang syirik dan kafir dengan orang muslim
terletak pada shalat, jadi apabila seseorang muslim tidak shalat maka hilanglah
pembeda antara dirinya dengan orang syirik dan kafir.
“Sesungguhnya
shalat itu mencegah (manusia) dari perbuatan yang keji dan mungkar” (Al Ankabut:45). Masih ingatkah teman tentang ayat
yang menerangkan perlunya sholat untuk menghindarkan kita dari perbuatan keji
dan mungkar itu? Pada intinya ayat tersebut membeberkan betapa efek sholat jika
dilakukan dengan benar mampu menangkal perbuatan keji dan mungkar. Artinya,
sholat menjaga kita.
Ketika kita meninggalkan sholat, itu
boleh-boleh saja menurut saya, sabda
Nabi dalam haditsnya, “Jika tidak malu,
berbuatlah sesukamu”. Maka tinggalkanlah sholat sesukamu, bila tak ada rasa
malu sedikit pun di hatimu.
Tidak usah lah kamu pikirkan surga atau neraka yang akan jadi tempat
tinggalmu nanti, pikirkan saja dunia dan isinya yang indah ini. Kamu yang suka
games, browsing, chatting, dll tidak usahlah pedulikan waktu maghrib, tabrak
saja sampai isya, kalau perlu sampai shubuh. Kamu yang suka nonton film,
tontonlah film sebanyak-banyaknya, kalau ke bioskop, ambillah waktu yang nabrak
waktu sholat saja. Kamu yang punya pacar atau kekasih, ajak saja dia malam
mingguan sampai tengah malam, tak peduli dilarang orang tua, yang penting
happy. Ajaklah dia begadang, supaya besok bangun kesiangan, shubuh dilewatkan.
Kawan, ketika kita sedang menjalani
aktivitas yang begitu banyak, kita merasa begitu sibuk, mungkin kewalahan
dengan segudang aktivitas yang kita miliki, tubuh pastilah merasa capek, lemas,
butuh istirahat banyak. Akan tetapi, itu adalah pilihan kita sendiri. Kita yang
memilih aktivitas tersebut, kita yang menjalaninya, kita yang tahu persis
bagaimana mengatur waktu hidup kita ini. Tidak peduli sesibuk apapun, kewajiban
mestilah ditunaikan. Sholat mesti tetap jalan.
Aktivitas baik jelek maupun baik jika
diulang-ulang tentu akan membuat sebuah kebiasaan. Ingat, “Pengulangan membuat kebiasaan”. Rasa malu itu terkikis sudah,
hilang bersama rutinnya kita meninggalkan sholat. Menjadi mahasiswa tidaklah perlu merasa malu sama Tuhan, yang penting
kuliah datang, tugas kelar, praktikum beres, ujian lancar, nilai memuaskan,
makan kenyang, tidur pulas, teman banyak, prestasi banyak, skripsi kelar, dapat
pekerjaan yang bagus, dapat pasangan yang didambakan, dll. Itu saja. Lalu apakah pernah terpikir
oleh kita yang sudah tumbuh sebesar ini, kata-kata orang tua kita yang menyuruh
kita dengan agak lantang untuk bangun pagi, segera mengambil air wudhu, lalu
mengerjakan sholat shubuh?, pernahkah kita mengingat kata orang tua kita yang
mengajak berangkat sholat jumat? Ingatkah orang tua kita yang senantiasa
mengingatkan kita setiap waktu sholat tiba?
Jangan-jangan entengnya kita
meninggalkan sholat juga diakibatkan oleh pendidikan dari orang tua yang cuek
bebek. Biarlah anakku tumbuh dengan sendirinya, tak perlu bimbingan, atau
sekadar mengingatkan untuk sholat. Setelah itu, bagaimana bisa kita disebut
sebagai muslim? Bahkan, bagaimana bisa keluarga kita, orang tua kita juga
disebut sebagai muslim jika demikian?
Iya, kembalilah kepada diri kita
sendiri, muhasabah. Tak perlu kita menyalahkan orang tua kita atau orang lain.
Buka KTP, lalu lihat apa agama yang tercantum di KTP kita. Secara KTP kita muslim, tetapi secara keseharian, na’udzubillah.
ya, mereka masih disebut sebagai muslim.
BalasHapuswalaupun dalam hadist tersebut jelas, bagi orang yang tidak melaksanakan sholat maka tidak ada bedanya dengan orang kafir.
Jumhur ulama (antara lain Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Abu Hanifah) menafsirkan pernyataan “kufur” yang terdapat dalam hadits-hadits tentang orang-orang yang meninggalkan sholat adalah kufur amali yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama selama dia meninggalkannya karena bermalas-malas dan bukan karena menentang hukum wajibnya.
Wal ‘ilmu indallah
thanks bro, it's absolutely unbelievable for getting such label 'kufur'.
BalasHapus