niat haji kite niatin aduh sayang..
niat haji kite niatin duh sayang aduh sayang...
haji mabrur kite dambain..
surilang njot-enjotan...
#lagunye snada nyang judulnye surilang njot-enjotan. mantap dah..
Hubungannya apa ya lagunya Snada dengan judul di atas. Nah, saya ambil
sebagian lirik Surilang tersebut, kurang lebih yang kayak di atas. Bulan haji
kayak gini janur kuning dimana-mana, alhamdulillah banyak walimahan. Banyak
pula umat yang berangkat ke tanah suci untuk sowan, bertamu ke rumahnya Gusti
Allah ingkang Moho Agung. Bukan hanya satu dua orang dari negeri kita ini,
tetapi jutaan. Bayangkan berapa banyak pesawat yang dipakai, berapa meter kain
ihram yang dibuat, berapa pasang sepatu haji yang dibikin, berapa peci haji
yang nutupin kepala jamaah, dll. Intinya butuh persiapan yang akbar pula untuk
benar-benar bisa pergi haji dan pulang menjadi haji yang mabrur.
Ayah dan Reda |
Saya pribadi betul-betul merasakan bahwa perjalanan pergi haji sesungguhnya
adalah perjalanan akbar, le grand voyage...,
meskipun saya belum pernah menunaikannya. Yang saya tangkap dari film tersebut
bahwa sang Ayah ingin sekali memaknai perjalanan haji mulai dari tempat
tinggalnya hingga ke tanah suci dan kembali lagi ke tempat tinggalnya. Perjalanan
yang sangat jauh, melewati beberapa negara seperti Italia, Slovenia, Kroasia,
Serbia, Bulgaria, Turki, Syiria, Jordania, dan Saudi Arabia. Tentu banyak
sekali pengalaman yang ditemui dari perjalanan tersebut, baik yang menyenangkan
maupun yang menyesakkan hati. Dalam perjalanan tersebut justru menjadi ajang
pendidikan untuk Reda dalam memaknai perjalanan akbar ayahnya. Banyak sekali
pelajaran yang diambil sepasang ayah dan anak ini sebelum sampai ke tujuan
akhirnya.
sehabis bertengkar |
Labbaikallaaahumma labbaiikk..
Labbaikallaaa syariikalakalabbaiik,,..
Perlahan sang ayah menghilang dari pandangan putranya. Reda dengan setia
menunggu di tempat parkir mobilnya. Namun, selesai ibadah haji, anak itu tak
kunjung menemukan ayahnya kembali. Sementara rombongan lain sudah kembali, ia
yang setia menunggu ayahnya di tempat parkir justru tidak menemukan ayahnya. Kepanikan
mulai membanjiri pikirannya, dan ternyata benar, ayahnya benar-benar telah
dipanggil oleh Yang Kuasa. Sang Ayah meninggal di tanah suci. Cerita selengkapnya
lihat sendiri ya,,.. (hiks..hiks..)
setia menemani sang ayah |
Cita-cita, sebenarnya ketika kita menanyakan apakah naik haji termasuk
cita-cita kita? Saya pikir setiap orang akan menjawabnya dengan lantang, “IYA”.
Lalu kita tanya kembali, “kapan mau berangkatnya?”. Mungkin tidak setiap orang
bisa menjawabnya dalam waktu dekat ini. Bahkan ada juga yang menjawab, “Yah,
untuk makan sehari-hari aja masih susah Pak, Kok mau berangkat haji, nanti lah
kalo sudah ada duit.” Sekali lagi cita-cita, cita-cita untuk naik haji
dikalahkan dengan cita-cita untuk memenuhi kebutuhan makan esok hari.
Seakan-akan kita lupa bahwa pergi haji masih merupakan rukun Islam yang kelima.
Yang kita ingat hanya pergi haji jika mampu saja. Berapa banyak kita berdoa
untuk bisa berkunjung ke Ka’bah? Pernahkah kita membayangkan Ka’bah di saat
kita berdoa? Seberapa sering kita memotivasi diri kita untuk bisa pergi haji
selagi muda?
Sungguh, saya sendiri malu menulis coretan ini. Usaha apa yang sudah saya
lakukan sekarang? Nah, ini jadi PR buat diri kita masing-masing. Mau pergi haji
ketika masih muda atau pergi haji ketika umur kita sudah lima puluh tahun ke
atas? Insya Allah, saya ingin pergi haji selagi masih muda.
Amin,
-Widyanto-
Amin........JOSHH
BalasHapusthank you om rajiipp, saling mendoakan lah,,
BalasHapus